Wednesday, November 26, 2008

Darul Ilmi Murni, sekolah digital di kota Metro-Digital

Darul Ilmi Murni, sekolah yang didirikan oleh Haji Masri 3 tahun yang lalu ini akan menjadi salah satu sekolah digital selain SMK Telkom Sandhy Putra di Sumatera Utara. Sekolah ini akan difasilitasi dengan ICT yang memadai, salah satunya dengan diinstalnya "titik panas" oleh pihak Telkom sebagai percontohan sekolah digital.

Hal ini disampaikan oleh pejabat PT Telkom, Overlies di Taman Ahmad Yani dalam acara pembukaan Taman Digital Ahmad Yani, Medan pada hari Rabu tanggal 26 Nopember. Acara ini dihadiri oleh Walikota Medan, Dirut PT Telkom, Reynaldi Firmansyah, serta seluruh camat dan lurah sekota Medan. Dalam sambutannya, Walikota Medan menyampaikan bahwa PT Telkom bekerjasama dengan Pemkot Medan untuk menciptakan Medan Metro-Digital telah menjadikan beberapa lokasi di kota Medan sebagai Hotspot dimana warga bisa mengakses internet secara cuma-cuma. Daerah-daerah tersebut adalah Taman Ahmad Yani, Taman Sari Deli, Jalan DR Manshur sepanjang 2 km dan Perpustakaan Daerah. Tujuannya tak lain adalah menciptakan Medan yang cerdas dan melek ITC. Selain itu Overlies juga menyampaikan bahwa Telkom bekerjasama dengan sekolah Darul Ilmi Murni untuk menciptakan sekolah digital.

Dalam acara yang terpisah, ketua Yayasan Darul Ilmi Murni, H. Dedi Masri, LC menyampaikan bahwa DIM akan difasilitasi dengan komputer dan infocus di tiap kelasnya disamping layanan hotspot, sehingga siswa bisa belajar dengan lebih baik.
Baca lengkap......

Saturday, November 15, 2008

Idola cilik, tayangan mendidik?


Nonton acara Idola cilik di RCTI ternyata asik juga. Bukan hanya olah vokal anak-anak itu yang menarik, tapi acara yang dipandu oleh Ocky Lukman, Ira maya Sopha, Winda dan Duta cukup pandai melibatkan emosi pesertanya dan tak ketinggalan juga emosi penonton.
Walaupun acara ini menuai banyak protes dari orang tua karena juga menampilkan lagu-lagu dewasa yang tidak pantas disenandungkan oleh anak-anak seumur meraka, belum lagi dandanan dan gerakannya yang kelewat dewasa, toh acara ini tetap jadi idolanya anak-anak. Ponakan saya yang masih kelas 2 SD pun tak mau absen menyaksikan tayangan ini.


Terlepas dari efek negatif yang dikhawatirkan sebagian orang tua seperti yang baru disebutkan tadi, acara ini cukup bernilai positif. Dilihat dari persaingan dan usaha keras pesertanya, acara ini mengajarkan bahwa keberhasilan memerlukan keberanian dan perjuangan. Disamping itu, anak-anak juga diajarkan untuk bisa menerima kenyataan, bahwa bila dia tak bisa tampil sebaik saingannya dia harus rela menerima kenyataan paling pahit, tidak naik kelas atau tereliminasi.

Sekedar masukan bagi RCTI, sebaiknya memang pemandu acara atau juri menyeleksi lagu dan pakaian peserta agar sesuai dengan usia mereka. Saya rasa membatasi hanya lagu anak-anak tak akan mengurangi peminat acara ini, malah mungkin tambah banyak. Suskses bagi RCTI! Kita dukung acara yang mempunyai nilai pendidikan bagi anak-anak.
Baca lengkap......

Monday, November 03, 2008

Laskar Pelangi VS Ayat-ayat Cinta




Hampir satu jam saya ngantri di loket bioskop demi menghapus rasa penasaran pada kehebatan "Laskar Pelangi" yang katanya dalam waktu hanya 2 pekan bisa mencapai 1.5 juta penonton. Tak heran, sudah sebulan masa pemutaran pun saya masih kesulitan mendapatkan tiket. Setelah sejam ngantri ternyata tiket untuk show yang sekarang sudah habis. "Adanya untuk show jam 7 nanti pak" kata si penjaga tiket tersenyum. "Wah... berarti masih 3 jam lagi donk", gerutuku. Saking penasarannya aku rela beli tiket dan nunggu 3 jam lagi, ngak apa deh bisa nunggu di Gramedia sambil liat-liat buku.
Di Gramedia buku Laskar Pelangi pun ternyata lagi diskon besar. Disediakan satu rak khusus buku LP. Buku yang sudah laris manis ini nampaknya bakal tambah laris lagi setelah dirilis filmnya. Tapi saya tak inginmembeli buku ini,bukan karena tidak suka,tapi karena sudah ada yang menghadiahkan buku ini bersama tetralogi LP lainnya. Di rak-rak lainnya masih nampak buku Ayat-Ayat Cinta yang juga pernah laris dan juga sudah diangkat ke layar lebar. Setelah AAC, menjamurlah buku-buku lain yang senada. Rata-rata ditulis oleh penulis tamatan timur tengah dengan cerita cinta Islami yang berlatar timur tengah. Hanya penerbit Mizan yang tampaknya lebih condong pada latar Asia Selatan. Seperti kisah-kisah seputar Taj Mahal.

Film AAC dan LP mempunyai kesamaan dalam beberapa hal antar lain:
1. Sama-sama bernuansa Islami. AAC menampilkan kisah cinta yang Islami dan LP, walaupun bukan kisah cinta namun sangat kental nuansa Islamnya karena menceritakan perjalanan siswa-siswa di sekolah Islam, SD Muhammadiyah.
2. Sama-sama menarik banyak penonton. Yang menarik, penontonnya bukan hanya orang Islam, tapi pemeluk agama lain juga tertarik dengan film ini.
3. Sama-sama film yang diangkat dari buku yang laris manis.

Kalau LP diproduseri oleh Mira Lesmana yang adalah orang Islam, AAC produsernya adalah Manoj Punjabi. Yang membuat keduafilm ini juga menarik minat non-Muslim mungkin karena sama-sama menonjolkan kebenaran universal. Yang jelas, keduanya adalah film yang sukses dan bermutu. Ehem... perfileman Indonesia mulai bangkit. Ayo donk insan film, kita tunggu nih film-film berkualitas lainnya.
Baca lengkap......

advertlets

PayPal

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.