Tuesday, September 11, 2007

Guru dan air mata

Air Mata Guru adalah kelompok yang melambangkan betapa seharusnya guru bersedih dengan kecurangan sistematis pada pelaksanaan ujian nasional yang, notabene, pelakunya adalah pendidik. Kelompok guru yang lahir di Medan ini "menangisi" kecurangan legal yang dilakukan rekan sejawatnya. Sebuah sikap yang menunjukkan kredibilitasnya sebagai guru yang pantas diteladani. Sesuatu yang luar biasa di sini adalah sikap peduli guru-guru tersebut terhadap masa depan dan kemajuan anak didiknya, tanpa peduli dengan kelangsungan hidup mereka dan bahkan mempertaruhkan karir mereka sebagai guru. Karena yang terjadi selama ini biasanya air mata guru terbuang percuma untuk memperjuangkan nasib mereka sendiri. Kecilnya gaji guru selalu menjadi alasan tercucurnya air mata guru. Rencana anggaran 20% untuk pendidikan sebagian besarnya dikeluarkan untuk mendongkrak kesejahteraan guru. Tapi pada kenyataannya guru tak kunjung sejahtera, kalau pun dapat bantuan ternyata tidak merata dan selalu ada saja yang ingin ikut mencicipi "kue" untuk kesejahteraan guru tsb.

Menangisi nasib bukanlah pekerjaan utama guru. Tugas utama guru adalah memproduksi generasi unggul yang obyeknya adalah siswa. Seyogyanyalah guru menangis melihat hasil produksinya yang amburadul. Setelah capek-capek kok hasilnya ngak maksimal? Dibanding negara lain keberhasilan guru kita belom ada apa-apanya. Bisa dilihat dari peringkat literacy negara-negara di seluruh dunia. Indonesia menduduki peringkat bawah mungkin bahkan tak diperhitungkan. Majalah The Times memuat ranking 200 universitas terbaik di dunia, dan tak satu pun universitas Indonesia yang masuk dalam top 200 tsb. Negara-negara tetangga menjadi tujuan belajar negara-negara lain sementara Indonesia, tak banyak yang berminat belajar di sini.

Apa yang salah dengan pendidikan di Indonesia? Alasan klasik selalu kembali pada kesejahteraan guru, APBN yang kecil untuk pendidikan dan kebijakan pendidikan nasional.Berbagai usaha telah dilakukan. Pemerintah telah berusaha menaikkan anggaran pendidikan dan sebagian besar diperuntukkan demi kesejahteraan guru. Maka guru seharusnya bisa bernafas lebih panjang dengan adanya bantuan Rp. 600.000 /semester yang, sayangnya, kemudian terkena cuilan banyak tangan sehingga tak heran kalau ada guru yang akhirnya hanya mendapat setengahnya. Bahkan di beberapa daerah "mata air" itu sudah kering dan kembali hanya mengucurkan air mata. Pemerintah juga sudah memaksakan diri untuk menggaji guru di atas 2 juta walaupun baru iming-iming tapi program ini mulai direalisasikan dengan diadakannya sertifikasi guru yang dibatasi sehingga tidak semua guru mendapat sertifikat. Demi berjalannya program itu maka sebagian guru harus ikhlas dan bersabar untuk batas yang tak bisa diprediksi.

Untuk memperbaiki mutu pendidikan, Indonesia juga sudah membuat kurikulum baru dan kebijakan-kebijakan baru. Dengan kTSP diharapkan ada perbaikan mutu pendidikan. Kurikulum ini memberikan kebebasan pada sekolah masing-masing untuk mengembangkan kurikulum sendiri yang sesuai dengan keadaan murid dan tempat belajar. Dengan kata lain satuan pendidikan hanya mengembangkan kurikulum yang sudah ditentukan bukan bebas membuat kurikulum sendiri, karena ini nanti ada kaitannya dengan ujian nasional.

Maka guru sekarang bukan hanya asal jadi guru, tapi memang guru yang professional yang sudah mempersiapkan perangkat pembelajarannya, kalau memang ngak ngopi dari orang lain, untuk mengajar 6 bulan bahkan setahun ke depan. Tidak usah khawatir perangkat pembelajarannya ketinggalan jaman atau ngak updated, karena setiap hendak mengajar guru bisa merevisi kembali perangkat pembelajarannya. Karena pendidikan itu dinamis maka tak jarang perencanaan yang sudah dipersiapkan jauh-jauh bulan tidak sesuai lagi dengan keadaan yang sekarang sehingga terpaksa guru harus merevisi kembali sebagian perencanaan, kalau tak semuanya. Tidak efisien memang, tapi itulah kewajiban guru sekarang. Selain mengajar, mengoreksi hasil kerja siswa, mengajar privat di luar, nyambi di sekolah lain, menagih uang SPP, menasehati siswa yang bermasalah, menerima teguran kepala sekolah, menghadapi orang tua siswa yang protes karena anaknya ngak jadi pintar, juga ditambah dengan kegiatan baru, mencari contekan perangkat pembelajaran plus merevisinya ketika hendak mengajar.

Semua jerih payah guru nantinya akan dibayar dengan gaji pas-pasan, sedikit janji dari pak menteri, bantuan dana yang "dicuilin" banyak tangan tiap semester, pandangan rendah teman lama yang sudah jadi direktur di sebuah perusahaan, pandangan benci dari siswanya karena banyak ngatur, hadiah yang dikasih orang tua siswa tiap ngambil raport, dan beberapa potong nyanyian tiap hari guru plus karangan bunganya.
Baca lengkap......

advertlets

PayPal

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.