Sunday, February 03, 2008

Belajar sambil bermain, positif atau negatif?

"Pak hari ini gak usah belajar ya!", kalimat ini dan yang senada denganya sering dilontarkan anak-anak didikku di sekolah. Mereka cenderung malas untuk belajar , sebaliknya menginginkan "games" ketimbang belajar serius. Bagi mereka belajar tak lebih adalah sebuah penyiksaan dan pemaksaan kehendak untuk menghentikan mereka bermain dan terus bermain. Aku teringat dengan dialog seorang pemakalah (Doktor) - dalam sebuah seminar tentang pendidikan - dengan salah seorang peserta seminar.
"Apa saja yang kamu perintahkan pada anak muridmu?"
"kami menyuruh mereka belajar, membaca buku, membuat PR dll"
"Apa mereka melakukannya?"
"Lebih banyak yang tidak melakukannya, selebihnya melakukannya dengan terpaksa"
"Ah.. kalian hanya bisa menyiksa murid-murid dengan menyuruh mereka untuk melakukan hal-hal yang mereka tidak senangi "

Kata-kata si pemakalah mengandung kebenaran walaupun kedengarannya ganjil. Mungkin yang dia maksudkan adalah bagaimana guru seharusnya mengajak anak muridnya belajar tanpa si anak merasa sedang belajar melainkan merasa sedang melakukan hal-hal yang menyenangkan. Atau dalam ungkapan lain, lakukanlah pembelajaran sambil bermain sehingga anak tidak bosan, malah menyenanginya.
Bermain bukan hanya sekadar memberikan kesenangan, tapi juga bermanfaat besar. Lewat kegiatan bermain yang positif, anak bisa menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi penginderaannya, menjelajahi dunia sekitarnya. Permainan merupakan sarana yang pas untuk mengembangkan keterampilan anak karena banyak permainan bisa menstimulasi kecerdasan-kecerdasan yang anak miliki, dimana anak bisa mengeksplorasi bakat dan keterampilan sambil bermain penuh keceriaan. Benarkah demikian?

Untuk tujuan jangka pendek hal-hal di atas laik digunakan. Tapi kalau kita lebih jeli, sebenarnya tindakan kita justru berlawanan dengan pendidikan itu sendiri. Tanpa sadar kita sudah menanamkan pada anak untuk tidak menyukai belajar dan hanya bermain. Maka tak heran kalau sekarang anda memasuki kelas SMP untuk mengajar disambut dengan kata-kata "Pak, gak usah belajar ya, main game aja!", sementara lebih banyak pelajaran yang membutuhkan keseriusan dan akan makan waktu lama kalau dilakukan dengan bermain. Belum lagi kebanyakan anak hanya menikmati gamenya tanpa mau menyerap pelajarannya. Sehingga pada aplikasi yang real si anak tetap tidak bisa.
Lalu bagaimana segarusnya?

Untuk anak usia dini yang hanya cenderung bermain, teknik permainan memang mutlak dibutuhkan karena hidupnya memang untuk bermain. Tapi sejalan dengan bertambahnya usia, permainan harus dikurangi dan anak mulai dibiasakan dengan hal-hal yang lebih membutuhkan keseriusan. Sehingga pada tingkat SMP anak sudah terbiasa menyukai pelajaran bukan sekedar permainan. Kalaupun ada permainan, anak harus sadar bahwa dia sedang belajar, bukan sedang bermain.
Technorati Profile
Baca lengkap......

advertlets

PayPal

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.