Sejak saya masih belajar di sekolah sampe saya mengajar sekarang, selalu ada kecurangan dalam ujian. Rasanya tidak aneh lagi kalau siswa nyontek atau ngopek. Itu sudah biasa dalam dunia pendidikan, bukan hanya di negara kita tapi fenomena itu ada di seluruh dunia. Ketika keberhasilan belajar dinilai melalui ujian, kecurangan dalam ujian pun terjadi. Kecurangan-kecurangan ini tentunya diikuti dengan perbaikan sistem pelaksanaan ujian oleh panitia ujian nasional dan stakeholders lainnya. Pengawasan ujian diperketat, peraturan-peraturan baru pun dibuat dengan tujuan agar kecurangan dalam ujian bisa diminimalisir. Toh.. selalu saja ada murid yang berbuat curang. Gak aneh kok!
Yang aneh kalau kecurangan itu bukan hanya berasal dari siswa, tapi justru dari gurunya. Itu lah yang terjadi dalam UN. Siswa takut dirinya tidak lulus dan gurunya juga takut siswanya tidak lulus, maka dimulailah kecurangan model baru dalam sejarah pendidikan nasional. Guru menghalalkan siswanya mencontek, bahkan sengaja mengatur duduk siswa dengan cara meletakkan siswa-siswa pintar di bangku strategis agar bisa dicontek oleh siswa kurang pintar. Tapi itu teori lama... udah basi!.
Kecurangan tersebut secara pelan-pelan mulai mengalami kemajuan. Sebagian guru pun sudah lebih berani dalam berbuat curang. Kecurangan dalam bentuk baru akhirnya mendapat giliran. Caranya adalah membuka kembali jawaban siswa yang sudah dikumpul, dan guru bareng2 menukangi jawaban siswa. Oops.. ternyata ini berbahaya, salah satu sekolah di SUMUT digerebek anggota densus 88 ketika sejumlah gurunya melakukan perbuatan itu.
Hmm... nampak sekarang sudah waktunya memikirkan strategi yang lebih jenius lagi. Entah bagaimana caranya, soal ujian yang akan diujikan dibuka, guru menjawab soal-soal tersebut dan... "abrakadabra"!, sampul ujian tertutup kembali tanpa meninggalkan bekas. Beberapa saat sebelum ujian dimulai siswa sudah mendapatkan kunci jawabannya. Bukan magic bukan sihir lhooo...
Dalam UN yang dilaksanakan belakangan ini tingkat kejeniusan dalam mencari celah-celah untuk berbuat curang sudah mencapai puncaknya. Kunci jawaban sudah beredar lewat sms (menurut pak Parlindungan sih jawabannya bagus-bagus heheheh....) sementara penjagaan terhadap kerahasiaan dokumen negara tersebut sudah sangat ketat. Pengawasan berlapis-lapis, tapi pak, kok masih ada "siluman" yang berhasil memanfaatkan kemungkinan yang sangat kecil tersebut?. Ternyata UN akhirnya menunjukkan "kepintaran" bangsa kita ya pak?
Tuesday, March 30, 2010
Kecurangan dalam UN
Labels:
Ujian Nasional,
UN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
itulah bobroknya dunia pendidikan. jd serba salah.
itulah bobroknya dunia pendidikan. jd serba salah.
Post a Comment