Anda pernah terlibat konflik dengan orang lain? Tentunya pernah. Konflik bisa diselesaikan dengan rembug, duduk bersama membicarakan permasalahan dengan terbuka dan mencari jalan tengahnya. Banyak konflik yang berakhir dengan win-win solusion setelah dibicarakan bersama, tapi ada pula yang tak berujung dengan damai. Rembug, diskusi, musyawarah, sharing atau apalah namanya, membutuhkan kesabaran, perasaan, keterbukaan, keinginan untuk menyelesaikan masalah dan mengenyampingkan egoisme.
Jalan tengah tak kan dapat dicapai apabila masing-masing pihak tetap bertahan pada pendapatnya sendiri. Yang paling berperan di sini adalah emosi. Semakin pintar anda mengontrol emosi, semakin tinggi martabat anda dan semakin besar kemungkinan solusinya tercapai. Sebaliknya, kalau saling lepas kontrol emosi dan tidak mau beranjak sedikitpun dari pendapat pertama alias mempertahankan egonya, sudah pasti hasilnya membentur jalan buntu.
Situasi yang lebih parah adalah apabila anda terlibat konflik dengan seseorang namun tidak pernah punya kesempatan untuk duduk bersama membicarakan jalan keluarnya agar konfllik tidak berkepanjangan. Yang terjadi justru saling menceritakan kejelekkan pada orang lain agar terpengaruh dan sama-sama membenci orang tersebut. Lama kelamaan tanpa disadari, perjalanan waktu telah menjadikannya rival permanen anda. Jadilah anda dan rival anda tadi musuh sejati bagaikan Tommy dan Jerry. Kemanapun anda pergi, anda dengan sukarela meng-iklan-kan kejelekan rival anda tadi dan begitu pula sebaliknya, rival anda akan gencar mempromosikan kejelekan dan kelemahan anda.
Apabila situasi di atas benar-benar terjadi pada anda, maka sebaiknya mulai sekarang anda berhenti melakukan tindakan bodoh tersebut! Berhentilah menceritakan kejelekan rival anda, walaupun dia masih tetap setia menjadi bintang iklan yang mempromosikan kejelekan anda. Anda tidak perlu khawatir karena orang tidak serta merta jadi jelek hanya karena dijelek-jelekkan orang lain. Bagaimanapun kita menceritakan sesuatu pada orang lain, pendengarnya tak kan menelan mentah-menath semua informasi yang kita sampaikan. Orang juga memiliki kebebasan untuk menilai, (minimal untuk keperluan dirinya sendiri) siapa yang bercerita dan siapa yang diceritakan.
Justru ketika anda mengada-ada atau mengarang secara hiperbola, anda akan mendapat nilai negatif dari pendengarnya, apalagi kalau si pendengar sampai tahu hal yang sebenarnya terjadi. Semakin gencar anda menceritakan ke orang lain semakin tenar anda sebagai orang yang mempunyai nilai negatif, sehingga cap sebagai tukang gosip pun nempel di jidat.
Sudah jamak adanya, bila ada dua pihak yang bersengketa, maka yang paling banyak menjelek-jelekkan lawannya sebetulnya adalah yang paling bermasalah. Maka bila kita bertemu seseorang yang kemudian menjelek-jelekkan orang lain kita bisa ambil kesimpulan pertama bahwa dialah sebenarnya yang tidak beres. Kalau tidak percaya silahkan adakan pengamatan atau studi lapangan, saya garansi, apa yang saya katakan benar adanya... ehem.
Wednesday, August 27, 2008
Jangan latah menjelek-jelekkan orang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
makanya byk org berusaha mengubah "kejelekannya".
Post a Comment